fuel cell adalah alat konversi energi elektrokimia yang akan mengubah
hidrogen dan oksigen menjadi air, secara bersamaan menghasilkan energi listrik
dan panas dalam prosesnya. fuel cell merupakan suatu bentuk teknologi
sederhana seperti baterai yang dapat diisi bahan bakar untuk mendapatkan
energinya kembali, dalam hal ini yang menjadi bahan bakar adalah oksigen dan
hidrogen.
Layaknya sebuah
baterai, segala jenis fuel cell memiliki elektroda positif dan negatif
atau disebut juga katoda dan anoda. Reaksi kimia yang menghasilkan listrik
terjadi pada elektroda. Selain elektroda, satu unit fuel cell terdapat
elektrolit yang akan membawa muatan-muatan listrik dari satu elektroda ke
elektroda lain, serta katalis yang akan mempercepat reaksi di elektroda.
Umumnya yang membedakan jenis-jenis fuel cell adalah material elektrolit
yang digunakan. Arus listrik serta panas yang dihasilkan setiap jenis fuel
cell merupakan produk samping reaksi kimia yang terjadi di katoda dan
anoda.
Karena energi
yang diproduksi fuel cell merupakan reaksi kimia pembentukan air, alat
konversi energi elektrokimia ini tidak akan menghasilkan efek samping yang
berbahaya bagi lingkungan seperti alat konversi energi konvensional (misalnya
proses pembakaran pada mesin mobil). Sedangkan dari segi efisiensi energi,
penerapan fuel cell pada baterai portable seperti pada handphone atau
laptop akan sepuluh kali tahan lebih lama dibandingkan dengan baterai litium.
Dan untuk mengisi kembali energi akan lebih cepat karena energi yang digunakan
bukan listrik, tetapi bahan bakar berbentuk cair atau gas.
Cara kerja suatu
unit fuel cell dapat diilustrasikan dengan jenis PEMFC (proton exchange
membrane fuel cell). Jenis ini adalah jenis fuel cell yang
menggunakan reaksi kimia paling sederhana. PEMFC memiliki empat elemen dasar
seperti kebanyakan jenis fuel cell.
Pertama, anoda
sebagai kutub negatif fuel cell. Anoda merupakan elektroda yang akan
mengalirkan elektron yang lepas dari molekul hidrogen sehingga elektron
tersebut dapat digunakan di luar sirkuit. Pada materialnya terdapat
saluran-saluran agar gas hidrogen dapat menyebar ke seluruh permukaan katalis.
Kedua, katoda
sebagai kutub elektroda positif fuel cell yang juga memiliki saluran
yang akan menyebarkan oksigen ke seluruh permukaan katalis. Katoda juga
berperan dalam mengalirkan elektron dari luar sirkuit ke dalam sirkuit sehingga
elektron-elektron tersebut dapat bergabung dengan ion hidrogen dan oksigen
untuk membentuk air.
Ketiga,
elektrolit. Yang digunakan dalam PEMFC adalah membran pertukaran proton (proton
exchange membrane/PEM). Material ini berbentuk seperti plastik pembungkus yang
hanya dapat mengalirkan ion bermuatan positif. Sedangkan elektron yang
bermuatan negaif tidak akan melalui membran ini. Dengan kata lain, membran ini
akan menahan elektron.
Keempat, katalis
yang digunakan untuk memfasilitasi reaksi oksigen dan hidrogen. Katalis umumnya
terbuat dari lembaran kertas karbon yang diberi selaput tipis bubuk platina. Permukaan
katalis selalu berpori dan kasar sehingga seluruh area permukaan platina dapat
dicapai hidrogen dan oksigen. Lapisan platina katalis berbatasan langsung
dengan membran penukar ion positif, PEM.
Pada ilustrasi cara kerja PEMFC, diperlihatkan gas hidrogen yang memiliki tekanan tertentu memasuki fuel cell di kutub anoda. Gas hidrogen ini akan bereaksi dengan katalis dengan dorongan dari tekanan. Ketika molekul H2 kontak dengan platinum pada katalis, molekul akan terpisah menjadi dua ion H+ dan dua elektron (e-). Elektron akan mengalir melalui anoda, elektron-elektron ini akan membuat jalur di luar sirkuit fuel cell dan melakukan kerja listrik, kemudian mengalir kembali ke kutub katoda pada fuel cell.
Pada ilustrasi cara kerja PEMFC, diperlihatkan gas hidrogen yang memiliki tekanan tertentu memasuki fuel cell di kutub anoda. Gas hidrogen ini akan bereaksi dengan katalis dengan dorongan dari tekanan. Ketika molekul H2 kontak dengan platinum pada katalis, molekul akan terpisah menjadi dua ion H+ dan dua elektron (e-). Elektron akan mengalir melalui anoda, elektron-elektron ini akan membuat jalur di luar sirkuit fuel cell dan melakukan kerja listrik, kemudian mengalir kembali ke kutub katoda pada fuel cell.
Di sisi lain,
pada kutub katoda fuel cell, gas oksigen (O2) didorong gaya tekan
kemudian bereaksi dengan katalis membentuk dua atom oksigen. Setiap atom
oksigen ini memiliki muatan negatif yang sangat besar. Muatan negatif ini akan
menarik dua ion H+ keluar dari membran PEM, lalu ion-ion ini bergabung dengan
satu atom oksigen dan elektron-elektron dari luar sirkuit untuk membentuk
molekul air (H2O).
Pada satu unit fuel
cell terjadi reaksi kimia yang terjadi di anoda dan katoda. Reaksi yang
terjadi pada anoda adalah 2 H2 --> 4 H+ + 4 e-. Sementara reaksi yang
terjadi pada katoda adalah 2 + 4 H+ + 4e- --> 2 H2O. Sehingga keseluruhan
reaksi pada fuel cell adalah 2H2 + O2 --> 2 H2O. Hasil samping reaksi
kimia ini adalah aliran elektron yang menghasilkan arus listrik serta energi
panas dari reaksi.
Satu unit fuel
cell ini menghasilkan energi kurang lebih 0,7 volt. Karena itu untuk
memenuhi energi satu baterai handphone atau menggerakkan turbin gas dan mesin
mobil, dibutuhkan berlapis-lapis unit fuel cell dikumpulkan menjadi satu
unit besar yang disebut sebagai fuel cell stack.
Pengembangan
"fuel cell"
Para peneliti
terus mengembangkan teknologi fuel cell agar lebih efisien, tidak mahal,
dan mudah digunakan. Sistem fuel cell banyak mengalami pengembangan pada
jenis elektrolitnya. Adanya perubahan jenis elektrolit juga merekayasa jenis
material dan sistem elektrodanya. Beberapa jenis elektrolit yang telah
dikembangkan para penemu antara lain cairan alkali (alkali fuel cell/AFC),
cairan karbonat (molten carbonate fuel cells/MCFC), asam fosfat
(phosphoric acid fuel cells/PAFC), membran pertukaran proton (proton
exchange membrane fuel cells/PEMFC), serta oksida padat (solid oxide fuel
cells/SOFC).
Kebutuhan bahan bakar fuel cell juga bergantung pada jenis elektrolit tersebut, beberapa membutuhkan gas hidrogen murni. Sehingga dibutuhkan suatu alat yang disebut reformer untuk memurnikan bahan bakar hidrogen. Sedangkan pada elektrolit yang tidak membutuhkan gas hidrogen murni, dapat bekerja efisien pada temperatur tinggi. Dan pada beberapa elektrolit cair, membutuhkan tekanan tertentu untuk mendorong gas hidrogen.
Kebutuhan bahan bakar fuel cell juga bergantung pada jenis elektrolit tersebut, beberapa membutuhkan gas hidrogen murni. Sehingga dibutuhkan suatu alat yang disebut reformer untuk memurnikan bahan bakar hidrogen. Sedangkan pada elektrolit yang tidak membutuhkan gas hidrogen murni, dapat bekerja efisien pada temperatur tinggi. Dan pada beberapa elektrolit cair, membutuhkan tekanan tertentu untuk mendorong gas hidrogen.
Bahan bakar yang
biasanya menggunakan gas hidrogen bertekanan tinggi atau hidrogen cair bagi fuel
cell, mulai mengalami perubahan seiring berkembangnya teknologi reformer.
Sehingga tak perlu membawa tabung gas hidrogen atau hidrogen cair yang mudah
meledak serta mahal. Salah satu jenis bahan bakar yang digunakan adalah metanol
yang diubah reformer menjadi gas hidrogen.
Teknologi reformer terbaru adalah menggunakan natrium borohidrida cair untuk menghasilkan gas hidrogen murni. Seperti yang dikembangkan perusahaan Millenium Cell. Reaksi kimia teknologi ini dapat digambarkan sebagai berikut :
NaBH4 (aqueous solution) + 2H2O katalis 4H2 + NaBO2 (aqueous solution) + panas
Teknologi reformer terbaru adalah menggunakan natrium borohidrida cair untuk menghasilkan gas hidrogen murni. Seperti yang dikembangkan perusahaan Millenium Cell. Reaksi kimia teknologi ini dapat digambarkan sebagai berikut :
NaBH4 (aqueous solution) + 2H2O katalis 4H2 + NaBO2 (aqueous solution) + panas
Teknologi
perusahaan ini menunjukkan beberapa potensi kelebihan antara lain, natrium
borohidrida (sodium borohydride/SBH) adalah material tidak mudah terbakar pada
suhu dan tekanan ruang, dan tidak perlu murni dan dapat dilarutkan dengan air,
sehingga mudah dibawa, dapat mengontrol produksi hidrogen, waktu beroperasi
lebih lama. Katalis itu juga tidak menunjukkan kerusakan selama lebih dari 600
jam operasi reformer sehingga lebih tahan lama, gas hidrogen bebas dari
produksi sulfur atau karbon, serta natrium borat yang dihasilkan dapat
digunakan kembali untuk membentuk natrium borohidrida pada energi tertentu.
Saat ini, penerapan fuel cell sebagai sumber energi sudah banyak digunakan di seluruh belahan dunia, antara lain pada mesin mobil, bus, baterai portable untuk handphone, laptop, PDA, pembangkit energi listrik, atau generator-generator pada gedung-gedung, rumah sakit, bandara, dan rumah tangga. Sementara di Indonesia, pengembangan fuel cell baru memasuki tahap pengembangan pembangkit listrik skala kecil atau sekira 2 kW dan akan dikomersialisasikan tahun 2005.
Konsorsium fuel cell di Indonesia saat ini telah menghimpun berbagai lembaga dan institusi penelitian konversi energi, dan mulai melibatkan kalangan industri seperti Pertamina dan Medco group. Peran industri dan kebijakan pemerintah sangat berpengaruh bagi pengembangan teknologi fuel cell dalam rangka pasokan energi bagi masyarakat Indonesia. Sangat dibutuhkan strategi pemasaran serta investasi bagi riset dan pengembangan alat konversi energi ini.
Saat ini, penerapan fuel cell sebagai sumber energi sudah banyak digunakan di seluruh belahan dunia, antara lain pada mesin mobil, bus, baterai portable untuk handphone, laptop, PDA, pembangkit energi listrik, atau generator-generator pada gedung-gedung, rumah sakit, bandara, dan rumah tangga. Sementara di Indonesia, pengembangan fuel cell baru memasuki tahap pengembangan pembangkit listrik skala kecil atau sekira 2 kW dan akan dikomersialisasikan tahun 2005.
Konsorsium fuel cell di Indonesia saat ini telah menghimpun berbagai lembaga dan institusi penelitian konversi energi, dan mulai melibatkan kalangan industri seperti Pertamina dan Medco group. Peran industri dan kebijakan pemerintah sangat berpengaruh bagi pengembangan teknologi fuel cell dalam rangka pasokan energi bagi masyarakat Indonesia. Sangat dibutuhkan strategi pemasaran serta investasi bagi riset dan pengembangan alat konversi energi ini.
Kesempatan
Indonesia untuk menerapkan fuel cell dalam rangka meningkatkan sektor
industri tanpa merusak sektor pertanian dan perkebunan. Bayangkan berjuta-juta
mobil lalu-lalang tanpa menghasilkan asap beracun, melainkan uap air yang mampu
melestarikan dan menghijaukan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar